Senin, 20 April 2015

Uji biuret pada pupuk TSP, Urea, ZA, dan NPK


LAPORAN LENGKAP

Nama                    : Fadel Muhammad Sudarmanto
Nis                        : 124802
Kelas                     : III.A
Kelompok             : A.1.2
Tanggal                  : 31 Maret 2015
Judul                      : Uji biuret pada pupuk TSP, Urea, ZA, dan NPK
Tujuan                 : Untuk mengetahui adanya ikatan peptida (protein) pada pupuk TSP, Urea, ZA, dan NPK
Dasar Prinsip      : 2 molekul Urea pada suhu tinggi bergabung atau berpolimerisasi membentuk      senyawa biuret. Keberadaannya dapat diketahui dari reaksi biuret dengan garam  tembaga kompleks membentuk kompleks yang berwarna lembayung.
Reaksi                  :
 
                            2CO(NH)2 ........... NH2CONHCONH2  +  NH3
                           CuSO4  +  2NaOH........... Cu(OH)2  +  Na2SO4
                           2NHCONHCONH2  +  Cu(OH)2........... [Cu(NH2CONHCONH2)2](OH)2
 
 
Landasan teori      :

Uji Biuret

             Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam amino berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga disebut reaksi kondensasi.


        Ikatan peptida tersebut yang akan bereaksi dengan reagen biuret menghasilkan perubahan warna. Reaksi positif uji biuret ditunjukkan dengan munculnya warna ungu atau merah muda akibat adanya persenyawaan antara Cu++ dari reagen biuret dengan NH dari ikatan peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan peptida (banyak asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna ungu, semakin pendek ikatan peptida (sedikit asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna merah muda.
   Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resinisoureacarbonyl diamidedan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa organik, yang akhirnya meruntuhkan konsep vitalisme.

  • Pupuk urea

        Sekitar 90% urea industri digunakan sebagai pupuk kimia. Urea dalam bentuk butiran curah (prill) digunakan dalam pertanian sebagai pupuk kimia pemasok unsur nitrogen. Ditanah, urea akan terhidrolisis dan melepaskan ion amonium. Kandungan N pada urea adalah 46%, tetapi yang tergunakan oleh tanaman biasanya separuhnya.
Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk urea seringkali disubsidi oleh pemerintah suatu negara, termasuk Indonesia. Di pasaran Indonesia, pupuk urea dipasarkan dalam dua bentuk: bersubsidi (berwarna merah muda, digunakan untuk bantuan pembangunan) dan tidak bersubsidi (berwarna putih, untuk dipasarkan secara komersial).
Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau pembakaran batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut lalu dicampur dengan amonia melalui proses Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur dengan es kering (karbondioksida) menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya, amonium karbamat dicampur dengan air ditambah energi untuk menghasilkan urea dan air.

  • Pupuk N P K

Pupuk NPK adalah termasuk jenis pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur hara yaitu N P dan K. NPK adalah kepanjangan dari N untuk Nitrogen, P untuk Phosfat dan K untuk Kalium. Banyak produsen pupuk yang memproduksi pupuk NPK dengan berbagai komposisi seperti Pupuk NPK Kujang dengan Komposisi 30:6:8
yang artinya di dalam kemasan pupuk NPK kujang mengandung 30% N, 6% P dan 8% K dan jika kita konversikan ke dalam kilogram, maka di dalam 100 Kg pupuk NPK Kujang terdapat 30 Kg "N", 6 Kg "P", dan 8 Kg "K".
 
 
  • Pupuk ZA

 
Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang mengandung unsur hara N. Pupuk ammonium sulfat dikenal juga dengan nama ZA (Zwavelzure Amonium). Unsur hara N yang berasal dari Urea dan ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi faktor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut Gardner  dkk.  (1991), defisiensi N membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. N berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino, pembentuk protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz, 1982). Pupuk ZA dibuat dari gas amoniak dan gas belerang. Persenyawaan kedua zat tersebut menghasilkan pupuk ZA yang mengandung N 20,5 sampai 21%, bersifat tidak higroskopis. Menurut Hilman  dkk. (1993,  dalam Widyastuti, 1996), pupuk N dalam bentuk ammonium sulfat (ZA) yang diberikan ke dalam tanah pertama-tama akan diserap (adsorpsi) oleh kompleks koloid tanah dan bentuk N (NH4+) cenderung tidak hilang dan tercuci air, sedangkan urea dapat segera larut dalam air. Tahap akhir dalam proses pembuatan pupuk ZA adalah pengeringan.  Pengeringan adalah proses untuk menghilangkan sejumlah cairan volatileyang terdapat dalam padatan dengan cara evaporasi. Dalam industri pupuk seperti ammonium sulfat (ZA), superfosfat (SP), dan natrium fosfat kalium (NPK), proses pengeringan biasanya dilakukan dengan menggunakan rotary dryer. Untuk dapat mendesain dan menganalisa kinerja suatu  rotary dryer, perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik pengeringan bahan padat yang dikeringkan. Hal ini dapat dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan alat  tray dryer. Penelitian untuk memperoleh data karakteristik telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara lain : pengeringan limbah padat dari ekstraksi minyak zaitun oleh Doymaz et al (2003), pengeringan ampas wortel oleh Singh et al (2006), pengeringan biji anggur oleh Roberts et al (2008), dan pengeringan limbah padat tapioka oleh Dedi dkk (2009).
 
 
Alat dan Bahan                  :
a.      Alat
  •   Tabung reaksi
  •   Labu semprot
  •   Pipet tetes
  •   Gelas piala
b.      Bahan
  •   Sampel pupuk Urea
  •   Sampel pupuk ZA
  •   Sampel pupuk NPK
  •   Susu
  •   Alkohol
  •   CuSO4 1 %
  •   NaOH 30 %
Cara kerja                           :
  1.      Dimasukkan contoh sampel ke dalam tabung reaksi
  2.       Dilarutkan dengan aquadest netral
  3.       Dibubuhi masing-masing 1 ml alkohol, CuSO4, dan NaOH
  4.       Dibuat pembanding dengan menggunakan susu
  5.       Warna lembayung menunjukkan adanya senyawa Biuret pada sampel
Pengamatan                      :
               Sampel pupuk Urea          = +
               Sampel pupuk ZA              = +
               Sampel pupuk NPK           = +
               Sampel pupuk TSP            = -

Kesimpulan                        :
                                             Dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa dalam sampel pupuk Urea, ZA, dan NPK terdapat kandungan protein sedangkan dalam pupuk TSP tidak ada.
 
Daftar Pustaka    :
 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar