LAPORAN LENGKAP
Nama
: Fadel Muhammad Sudarmanto
Nis
: 124802
Kelas
: III.A
Kelompok
: A.1.2
Tanggal
: 31 Maret 2015
Judul
: Uji biuret pada pupuk TSP, Urea, ZA, dan NPK
Tujuan
: Untuk mengetahui adanya ikatan peptida (protein) pada pupuk TSP, Urea, ZA, dan NPK
Dasar Prinsip : 2 molekul
Urea pada suhu
tinggi bergabung atau berpolimerisasi membentuk senyawa biuret.
Keberadaannya dapat diketahui dari reaksi biuret dengan garam tembaga
kompleks membentuk kompleks yang berwarna lembayung.
Reaksi :
2CO(NH2)2 ........... NH2CONHCONH2 + NH3
CuSO4 +
2NaOH........... Cu(OH)2
+ Na2SO4
2NH2CONHCONH2 +
Cu(OH)2........... [Cu(NH2CONHCONH2)2](OH)2
Landasan teori :
Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida
dalam suatu zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein,
karena asam amino berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida
membentuk protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom
karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari
gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga
disebut reaksi kondensasi.
Ikatan peptida tersebut yang akan bereaksi dengan reagen biuret menghasilkan perubahan warna. Reaksi positif uji biuret ditunjukkan dengan munculnya warna ungu atau merah muda akibat adanya persenyawaan antara Cu++ dari reagen biuret dengan NH dari ikatan peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan peptida (banyak asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna ungu, semakin pendek ikatan peptida (sedikit asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna merah muda.
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau
(NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang
terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai
adalah carbamide resin, isourea, carbonyl
diamidedan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik
sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa organik, yang akhirnya
meruntuhkan konsep vitalisme.
Pupuk urea
Sekitar 90% urea
industri digunakan sebagai pupuk kimia. Urea dalam bentuk butiran curah (prill)
digunakan dalam pertanian sebagai pupuk kimia pemasok unsur nitrogen.
Ditanah, urea akan terhidrolisis dan melepaskan ion amonium. Kandungan N pada
urea adalah 46%, tetapi yang tergunakan oleh tanaman biasanya separuhnya.
Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk urea seringkali disubsidi oleh pemerintah suatu negara, termasuk Indonesia. Di pasaran Indonesia, pupuk urea dipasarkan dalam dua bentuk: bersubsidi (berwarna merah muda, digunakan untuk bantuan pembangunan) dan tidak bersubsidi (berwarna putih, untuk dipasarkan secara komersial).
Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau pembakaran batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut lalu dicampur dengan amonia melalui proses Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur dengan es kering (karbondioksida) menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya, amonium karbamat dicampur dengan air ditambah energi untuk menghasilkan urea dan air.
Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk urea seringkali disubsidi oleh pemerintah suatu negara, termasuk Indonesia. Di pasaran Indonesia, pupuk urea dipasarkan dalam dua bentuk: bersubsidi (berwarna merah muda, digunakan untuk bantuan pembangunan) dan tidak bersubsidi (berwarna putih, untuk dipasarkan secara komersial).
Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau pembakaran batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut lalu dicampur dengan amonia melalui proses Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur dengan es kering (karbondioksida) menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya, amonium karbamat dicampur dengan air ditambah energi untuk menghasilkan urea dan air.
Pupuk N P K
Pupuk NPK
adalah termasuk jenis pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur hara yaitu N P
dan K. NPK adalah kepanjangan dari N untuk Nitrogen, P untuk Phosfat dan K
untuk Kalium. Banyak produsen pupuk yang memproduksi pupuk NPK dengan berbagai
komposisi seperti Pupuk NPK Kujang dengan Komposisi 30:6:8
yang artinya di dalam kemasan pupuk NPK kujang mengandung 30% N, 6% P dan 8% K dan jika kita konversikan ke dalam kilogram, maka di dalam 100 Kg pupuk NPK Kujang terdapat 30 Kg "N", 6 Kg "P", dan 8 Kg "K".
yang artinya di dalam kemasan pupuk NPK kujang mengandung 30% N, 6% P dan 8% K dan jika kita konversikan ke dalam kilogram, maka di dalam 100 Kg pupuk NPK Kujang terdapat 30 Kg "N", 6 Kg "P", dan 8 Kg "K".
|
Ammonium Sulfat
(ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang mengandung unsur hara N.
Pupuk ammonium sulfat dikenal juga dengan nama ZA (Zwavelzure Amonium). Unsur
hara N yang berasal dari Urea dan ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain
P dan K dan seringkali menjadi faktor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut
Gardner dkk. (1991), defisiensi N membatasi pembesaran sel dan
pembelahan sel. N berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino,
pembentuk protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim,
serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan
penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz, 1982). Pupuk ZA dibuat
dari gas amoniak dan gas belerang. Persenyawaan kedua zat tersebut menghasilkan
pupuk ZA yang mengandung N 20,5 sampai 21%, bersifat tidak higroskopis. Menurut
Hilman dkk. (1993, dalam Widyastuti, 1996), pupuk N dalam bentuk
ammonium sulfat (ZA) yang diberikan ke dalam tanah pertama-tama akan diserap (adsorpsi)
oleh kompleks koloid tanah dan bentuk N (NH4+) cenderung tidak hilang dan
tercuci air, sedangkan urea dapat segera larut dalam air. Tahap akhir dalam
proses pembuatan pupuk ZA adalah pengeringan. Pengeringan adalah proses
untuk menghilangkan sejumlah cairan volatileyang terdapat dalam padatan dengan
cara evaporasi. Dalam industri pupuk seperti ammonium sulfat (ZA), superfosfat
(SP), dan natrium fosfat kalium (NPK), proses pengeringan biasanya dilakukan
dengan menggunakan rotary dryer. Untuk dapat mendesain dan menganalisa kinerja
suatu rotary dryer, perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik
pengeringan bahan padat yang dikeringkan. Hal ini dapat dilaksanakan secara
eksperimen dengan menggunakan alat tray dryer. Penelitian untuk
memperoleh data karakteristik telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara
lain : pengeringan limbah padat dari ekstraksi minyak zaitun oleh Doymaz et al
(2003), pengeringan ampas wortel oleh Singh et al (2006), pengeringan biji
anggur oleh Roberts et al (2008), dan pengeringan limbah padat tapioka oleh
Dedi dkk (2009).
Alat dan Bahan :
a.
Alat
- Tabung reaksi
- Labu semprot
- Pipet tetes
- Gelas piala
b.
Bahan
- Sampel pupuk Urea
- Sampel pupuk ZA
- Sampel pupuk NPK
- Susu
- Alkohol
- CuSO4 1 %
- NaOH 30 %
Cara kerja :
- Dimasukkan contoh sampel ke dalam tabung reaksi
- Dilarutkan dengan aquadest netral
- Dibubuhi masing-masing 1 ml alkohol, CuSO4, dan NaOH
- Dibuat pembanding dengan menggunakan susu
- Warna lembayung menunjukkan adanya senyawa Biuret pada sampel
Pengamatan :
Sampel
pupuk Urea = +
Sampel
pupuk ZA = +
Sampel
pupuk NPK = +
Sampel pupuk TSP = -
Kesimpulan :
Dari
pengamatan dapat disimpulkan bahwa dalam sampel pupuk Urea, ZA, dan NPK terdapat
kandungan protein sedangkan dalam pupuk TSP tidak ada.
Daftar Pustaka :
- http://petani-kecil.blogspot.com/2013/06/pupuk-n-p-k.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_ZA
- nursyamsuduha.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar